Eros dan Agape

notes : Tulisan bagus ini dibuat teman saya, drg Deasy Rosalina, yang kini tinggal di Korea Selatan.

“Cinta yang eros bisa datang dan pergi seliar-liarnya. Tapi agape, sejak lama dilepaskan dari busur Cupid hanya pada hati yang masih punya setia, rahmat, kearifan (wisdom), dan kelembutan. Ia tak tersentuh dari jiwa yang kasar dan hati yang membatu. Cuma Allah yang mampu membasuh kekeringan itu lewat air mata para malaikat, usai diamanatkan membubuhi hati-hati pilihan dengan cinta.”

Ternyata, ada benarnya ketika diujar bahwa cinta yang eros bisa datang dan pergi seliar-liarnya. Cinta yang eros kerap datang laiknya seekor burung yang hinggap di atas kepala seorang anak manusia, tiada terduga kemunculannya. Pilihan kata ‘muncul’ digunakan karena cukup sulit [meskipun mungkin] untuk membuat atau mengkondisikan diri dapat mencintai seseorang.

Setelah cinta melingkupi diri seseorang, maka cinta pun kemudian mulai mengemudikannya ke arah orang yang dicintainya tersebut. Pada titik ini, ada dua kemungkinan yang dapat terjadi. Pertama, jika kepentingan rasional melebihi kepentingan emosional, maka hasrat cinta dapat saja disangkal karena alasan-alasan tertentu.

Misalnya saja, pada seseorang yang tegas-tegas menolak kata ‘pacaran’ dalam kamus hidupnya, sejatinya jua pernah merasakan sesuatu yang bernama cinta. Hanya saja, dikarenakan ketidaksiapan untuk mengejawantahkan rasa cinta itu dalam sebuah ‘mitsaqan-ghaliza’ atau ikatan pernikahan, mereka biasanya memilih untuk memupuskan hasrat yang ada ke bilangan Andromeda [meski tak menutup kemungkinan untuk lantas dialirkan layaknya aliran sungai].

Kedua, jika tak terdapat alasan-alasan untuk membentengi rasa itu, maka seseorang akan cenderung untuk menuruti dorongan cinta dan berusaha mendekatkan diri dengan orang tersebut.

Untuk alasan kedua inilah, orang terkadang menjadi irasional terhadap orang yang dicintainya atau bisa disebut dengan istilah “Love is Blind”.

Pada fase ini, cinta yang bersifat eroslah yang sedang menguasai diri seseorang. Hal ini tidak terlepas dari tendensi satu komposisi umum dari cinta, yakni rasa suka.

Seseorang dapat memiliki ketertarikan terhadap seorang yang lain biasanya karena terendap kelebihan dari orang tersebut. Dengan kata lain, setelah mengetahui kualitas orang tersebut maka kemudian timbullah rasa suka.
Semua yang menjadi kekurangan orang tersebut selaksa runtuh seketika dengan kelebihan yang ada pada dirinya. Namun, hal ini sejatinya patut diwaspadai, karena seperti telah dipaparkan di atas bahwa cinta yang eros dapat datang dan pergi dengan seliar-liarnya. Hal ini pun ternyata didukung oleh sejumlah penelitian biomedis.

Penelitian biomedis yang ada menyebutkan bahwa kadar emosi yang meluap kala jatuh cinta dikarenakan oleh sebuah molekul yang disebut nerve growth factor [NGF] yang jumlahnya fluktuatif. NGF ini pulalah yang bertanggungjawab atas tumbuhnya jerawat pada seseorang yang sedang dimabuk cinta. Masih menurut penelitian tersebut, dikatakan bahwa kadar NGF tinggi pada cinta di tahun pertama. Sedangkan pada tahun-tahun berikutnya, kadar NGF biasanya mulai menurun.

Dalam hal ini, ada dua lagi kemungkinan yang dapat disimpulkan. Orang tersebut tidak lagi merasakan cinta seperti pada awalnya ia mencinta atau cinta tersebut telah berkembang ke arah cinta yang lebih tinggi atau disebut dengan cinta yang agape.

Tapi agape, sejak lama dilepaskan dari busur Cupid hanya pada hati yang masih punya setia, rahmat, kearifan (wisdom), dan kelembutan. Ia tak tersentuh dari jiwa yang kasar dan hati yang membatu.

Jika pada fase cinta eros seseorang cenderung mengidentikkan cinta sebagai kecocokan, maka pada fase cinta yang agape ia harus menyadari bahwa segala kecocokan yang dirasakan pada awalnya bisa saja berubah menjadi berbuncah ketidakcocokan. Ketidakcocokan ini, bila ia tak sanggup untuk mengatasinya, akan menjadi sebuah persoalan besar yang bisa berujung pada penghentian rasa cinta itu secara anomali. Bila pengejawantahan cinta berupa hubungan ‘pacaran’, maka manifestasinya adalah berupa pemutusan hubungan tersebut. Namun, bila pengejawantahannya berupa ikatan pernikahan, maka kemungkinan dapat terjadi suatu perceraian.

Sungguh, Rabb Semesta Alam Maha Mengetahui tiap detail implikasi dari tiap hukum yang diturunkanNya.

Yang menarik untuk dikulik dalam hal ini adalah, mengapa Islam tidak memperkenankan adanya pacaran?

Merujuk pada pemaparan di atas, maka dapat dibayangkan apabila sudah timbul ketidakcocokan itu, seseorang harus memutuskan hubungannya begitu saja. Bila berkali-kali alasannya adalah ketidakcocokan, maka mungkin akan berkali-kali pula seseorang gagal dalam hubungan pacarannya.

Namun, tidak demikian halnya bila seseorang itu lantas memutuskan untuk mengejawantahkan cinta itu dalam bentuk pernikahan. Bila terjadi ketidakcocokan, seseorang tak kemudian dapat dengan mudah untuk mengajukan suatu perceraian. Begitu banyak hal yang harus menjadi pertimbangan sebelum keputusan itu benar-benar diambil. Oleh karenanya, ketika dibenturkan pada suatu ketidakcocokan, sudah seharusnya kedewasaan dan kearifan dimunculkan dalam menyikapi kenyataan tersebut agar cinta yang telah dipupuk tak lantas menjadi pudar.

Pasangan jiwa sejatinya memang ada dan tetap mencintai serta bersama pasangan jiwa adalah pilihan yang harus dilakukan. Dunia bukanlah tempat untuk mencari manusia yang sempurna, karena kesempurnaan hanyalah milik Allah. Untuk itu, — “Belajarlah untuk mencintai orang yang tidak sempurna dengan cara yang sempurna” —

Wallahu’alam bishshowab

3 thoughts on “Eros dan Agape

  1. Happy early NEW YEAR 2010!
    welcome the new day full of smiles and hope,
    Wish the world of blogger still victorious,
    More friendship and brotherhood,
    Wish all the best for us,
    Happy, happy, happy new year 2010!
    SELAMAT TAHUN BARU 2010!

    -tuteh-

Leave a reply to nh18 Cancel reply