Judul di atas bukan salah ketik atau salah cetak. Clara Ng bersungguh-sunggu ketika mengetikkan judulnya.
Mengapa Clara Ng mengajarkan orang agar menulis buruk? Apa maksudnya?
Penjelasannya saya dapatkan ketika mengikuti Workshop Penulisan Bersama Clara Ng yang dilaksanakan pada hari Sabtu, 16 Februari 203 bertempat di Kompas Gramedia Fair (KGF) Jakarta 2013.
Berikut saya kutipkan penjelasan Clara Ng tentang Menulis Buruk:
Semua orang pasti pernah mengalami kegagalan berkarya, atau malah tidak berhasil menulis satu kalimat pun (writer’s block, bahasa kerennya). Ada sesuatu yang mengganjal seorang kreator dalam berkarya. Entah mengalami gagal ide, atau gagal waktu (tidak punya waktu menulis, atau tidak punya gairah menulis), atau gagal menuliskannya.
Berbagai jenis gagal ini sudah dihadapi Clara Ng selama ia bekerja sebagai penulis. Dan, solusi yang paling tokcer dilakukannya adalah justru tidak berhenti menulis. Clara Ng malah menulis sebanyak-banyaknya di saat ia mengalami kegagalan.
Clara Ng memberikan nasihat bagi seorang yang ingin menulis adalah : “Menulislah sebagaimana kamu berbicara”.
Saat menulis, mungkin kita sering mengalami kesalahan, tetapi ketika berbicara, seberapa seringkah kita semua berbicara salah, ngawur? Berbicara tanpa juntrungan? Berbicara berandai-andai ke sana kemari? Dan, bukankah dari berbicara tanpa ujung pangkal yang biasa kita lakukan dengan sahabat-sahabat, berakhir dengan rasa senang?
Menurut Clara Ng, menulislah sebanyak-banyaknya akan membawa kita ke tulisan-tulisan ngawur, tapi dari sana, kita akan menemukan berbagai kemungkinan dan opsi cerita yang baru.
“Lebih baik menulis dan menghasilkan naskah yang tidak utuh dan kacau daripada menciptakan kertas utuh yang kosong melompong, tanpa kata!”
Segala sesuatu yang buruk atau jelek atau kacau selalu ada kemungkinan untuk diperbaiki, dibuat cantik, dihaluskan. Tapi kertas yang kosong bagi seorang penulis adalah momok yang paling menakutkan. Momok itu akan tetap ada di sana, membuat kita terus menerus mandek, dan tidak berhasil menulis apa-apa. Dari kosong menjadi bengong, dari bengong tetap kosong. Lingkarang bengong dan kosong akan terus menerus berputar-putar, harus ada kekuatan gunting yang memutuskan mata rantai kejahatan itu.
Menulis buruk juga membuatmu melepaskan beban untuk menulis dengan sangat indah dan tekanan menjadi penulis yang sukses. Itu akan membuatmu terhindar dari berbagai pikiran yang malah menyumbat benak untuk semakin berkreasi. Menulis harus lepas dan bebas. Merdeka dan santai.
Tulisan baus selalu diawali dengan tumpukan tulisan-tulisan buruk. Coba diintip laptopnya, apakah ada karya-karya setengah jadi atau tulisan-tulisan buruk lainnya? Jangan berkecil hati! Teruslah menulis dan berupaya. Lebih baik memiliki banyak draft yang berisi tulisan kacau balau daripada layar monitor yang kosong melompong!
Wah, mantap nih emang mba Clara Ng.
sebuah pesan dari sang alhi (y)
wah mbak indah ketemu langsung sama Clara Ng ya, aku suka banget tulisannya dia mbak
Sama, saya juga suka, tulisannya bagus-bagus 🙂 thanks sudah berkunjung ya Lidya.
Jadi tetap menulis ya mbak, jangan galau soal ide 😀 …
Betul banget, ayo jangan sampai galau ide. Menulis terus 🙂
Harus terus memotivasi diri ya Kak, agar bisa menulis dengan baik…. soal bagus atau tidak itu belakangan… 🙂
Bagus atau tidak yang menentukan bukan kita ya, tapi pembaca. Kalaupun ada pembaca yang tidak suka dengan tulisan kita, nggak usah dipikirin juga, buat cambuk 🙂
Ayo Zy, semangat menulis.
inspiratif banget. Thanks udah berbagi mbak 😀
Sama-sama, senang bisa berbagi, terima kasih sudah berkunjung ya 🙂
Wah saya punya novel, cerpen, berbunga yg gak jadi2 sejak saya full jd ibu rt mbak indah. Ntar ah longki lagi, siapa tahu bisa dihaluskan hehehe. Tks atas idenya Mbak
Hihihi, tulisan di blog mbak Evi saja sudah bagus kok, masa sih nggak nulis novel, ayo mbak Evi selesaikan tulisannya 🙂
Siap Mba Indah, akan saya teruskan hehe.. TFS yah 🙂