“I Hate Monday!”
“Senin huru hara!”
“Masih mau libur, Senin yang malas!”
Begitu kira-kira orang mendeskripsikan hari Senin, setelah selama dua atau satu hari berlibur di hari Sabtu dan Minggu. Ibaratnya, dari 10 orang, 6 diantaranya tidak begitu menyukai hari Senin. Apalagi buat para pekerja kantoran.
Menurut Arvan Pradiansyah, pengarang buku I Love Monday (ILM), yang diterbitkan oleh Mizan Pustaka, selama ini para sangat membenci hari Senin. Penelitian British Medical Journal melaporkan serangan jantung meningkat 20 % pada hari Senin.
“Padahal hari Senin adalah hari yang tepat untuk set up the pace (menentukan kecepatan) selama lima hari ke depan. Jadi hari Senin benar-benar krusial”.
Bisa jadi kebencian kepada hari Senin berawal dari ketidakbahagian dalam menjalankan kerja. Aktifitas bekerja dimaknai hanya sebagai bentuk untuk survival bukan untuk sukses, terlebih sebagai sebuah panggilan.