Itu tarif Andrea Hirata sekarang, kalau diundang menjadi pembicara dalam suatu acara. Ini gw kutip dari majalah Gatra No.13 Tahun XIV, dalam rubrik Ikon. Sayang ngak disebutin tarif sebesar itu untuk acara apa.
Menurut Andrea, tarif sebesar itu sesuai, karena sastra adalah hal yang penting. Doi juga ngritik sastrawan yang suka merendahkan diri dan mau dibayar murah. Padahal, motivator aja dibayar mahal kalau berbicara dalam sekali workshop.
Andrea yang gw kenal, sekarang memang sudah jadi seleb. Profilnya tampil dimana-mana, bahkan di majalah perempuan bergengsi semacam Dewi dan Femina. Profilnya aja, yang gw buat tahun 2005 di http://www.indosiar.com itu, sampai sekarang masih dikomentarin orang.
Wuih memang hebat. Ngak salah deh kalau dapat royalti 1 M.
Gw sendiri kenal Andrea sejak tahun 2004, sewaktu doi masih berkuliah di Perancis. Dan dari perkenalan itu, gw banyak mendapat pelajaran berharga dari Tjitji, demikian panggilan akrabnya. Salah satunya dalam perbincangan gw dengan Andrea di Galeri Nasional tahun 2007, yaitu supaya ngak pernah lupa sama Ibu.
“Karena Ibulah, kita ada di dunia ini. Tanpa mengeyampingkan peran bapak,” kata Andrea.
“Karena itu, sesibuk apapun kita, harus usahakan berkomunikasi. Sedikit apapun yang kita dapat dari kerja kita, setengahnya harus dikasih ibu.”
Betul-betul telak buat gw yang jarang nelepon Mama, dengan alasan sok sibuk. Yup, itulah Andrea, yang tetap rendah hati. Yang tetap suka sms, jika datang ke Jakarta dan selalu ngundang kalau punya acara, meski gw jarang pernah menghadiri acaranya. Dan yang paling gw seneng, doi selalu memanggil gw dengan Kak Indah (meski gw tau umur dia lebih tua dari gw) , panggilan yang lebih gw seneng dari pada mbak (halah…bukan apa-apa, gw kan orang Batak :p)
Oh yah, satu lagi yang ngak berubah dari Andrea, rambutnya tetap ikal dan wanginya bikin gw pusing…..kekekekkkkkkk (Sorry Ndrea)